Donor Darah dalam Pandangan Hindu

I Made Tisnu Wijaya

Om swastyastu, Ong rahayu. Umat sedharma yang budiman, di mana pun berada. Mimbar Hindu kali ini mengangkat tema tentang “Donor Darah dalam Pandangan Hindu”.

Dalam agama Hindu, kita mengenal ajaran Panca Yadnya. Yaitu, lima bentuk korban suci dalam agama Hindu. Adapun lima yadnya tersebut, antara lain:

1. DewaYadnya: yadnya atau korban suci yang dipersembahkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa

2. RsiYadnya: yadnya atau korban suci yang dipersembahkan kepada orang suci

3. ManusiaYadnya: yadnya atau korban suci yang ditujukan kepada sesama umat manusia

4. PitraYadnya: yadnya atau korban suci yang dipersembahkan kepada para leluhur atau orang tua

5. BhutaYadnya: yadnya atau korban suci yang peruntukkan kepada alam

 

Umat sedharma yang budiman. Melaksanakan yadnya bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya. Sebab Tuhan dalam menciptakan alam semesta beserta isinya juga dengan yadnya. Dengan demikian, tiada penyangkalan lagi untuk umat manusia, agar selalu melaksanakan yadnya. Nah, berangkat dari kelima jenis yadnya tersebut, tulisan ini membahas tentang donor darah.

Kenapa demikian? Selama pandemi, ada penurunan partisipasi dari masyarakat untuk mendonorkan darahnya. Padahal dari ajaran Agama Hindu, Donor Darah adalah wujud nyata dari ajaran manusa yadnya.

Umat sedharma yang budiman, kita tentu tahu bahwa beryadnya bukan sekedar hanya berupacara. Tetapi yadnya dalam keseharian bisa kita laksanakan dengan perbuatan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Lontar Panugrahan Dalem dijelaskan sebagai berikut:

Banten alah dening mantra puja acakep Mantra puja acakep alah dening mantra apade Mantra apade alah dening suci laksana. (Banten dikalahkan oleh satu buku puja mantra. Satu buku puja mantra dikalahkan oleh satu bait mantra Satu bait mantra dikalahkan oleh perbuatan suci).

Umat sedharma yang budiman, dari kutipan Lontar Panugrahan tersebut, dapat kita fahami jika perbuatan yang suci masih lebih utama dalam yadnya, daripada hanya melantunkan mantra. Sehingga dalam hal ini, yadnya atau korban suci tulus ikhlas yang secara langsung ditujukan kepada ciptaan Tuhan itu sangat utama.

Dalam cerita Bubuksah dan Gagakaking pun diajarkan demikian. Dalam cerita tersebut, justru yang pertama mendapatkan anugrah adalah Gagakaking. Padahal selama ia bertapa, tidak melaksanakan puasa, justru ia memakan segala yang ada di hutan, apakah itu binatang atau buah-buahan. Namun berbeda dengan Bubuksah yang taat akan berpuasa. Tetapi berkat ketulusannya dalam mengorbankan dirinya demi menolong seekor macan yang kelaparan, ia rela mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan si macan. Ternyata macan tersebut adalah Siwa itu sendiri yang sengaja ingin menguji ketulusan kedua pertapa tersebut.

Umat sedharma yang saya kasihi. Penulis mengajak umat sedharma semua untuk dapat melakukan donor darah, tentunya untuk membantu saudara kita yang membutuhkan dan sebagai wujudnya nyata kita dalam mengamalkan ajaran Agama Hindu. Ingatlah, Ida Pedanda Made Sidemen pernah berpesan, “Tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin”. Maksud dari pesan beliau yaitu, jika kita tidak memiliki material untuk beryadnya, maka diri ini dijadikan sebagai yadnya.

 

I Made Tisnu Wijaya (Rohaniwan Hindu)


Dharma Wacana LAINNYA

Pengorbanan dalam Perspektif Hindu

Hindu, Pluralitas, dan Gotong Royong

Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Jaga Kerukunan

Keluarga Sukhinah

Wacika Parisudha: Membangun Hita melalui Kata

Esensi Kemanusiaan dalam Hindu

Toleransi Beragama

Cinta Kasih Menebarkan Kedamaian

Ajaran Hindu tentang Bijak Bermedia Sosial