Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Jaga Kerukunan

Dr. I Nyoman Slamet, S.Pd., M.Si (Dosen STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah)

Om Swastyastu. Sahabat Palita Dharma di mana pun berada. Mimbar Hindu pecan ini mengangkat tema: “Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Menjaga Kerukunan”.  

Sahabat Pelita Dharma yang saya cintai. Berbicara tentang kerukunan, apalagi dikaitkan dengan upaya penguatan nilai dan kearifan local, bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi bukan juga sesuatu kondisi yang sulit jika kita memiliki niat untuk mewujudkan itu secara bersama.

Kita tinggal dan berada di Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, adat istiadat, bahasa, kesenian, budaya, ritual-ritual adat dan tradisi, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainnya. Keragaman yang ada merupakan bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang mungkin tidak semua negara memiliki kekayaan seperti kita. 

Jika kita sebagai generasi tidak mampu menjaga semua ini dan tidak mampu menjadikan perbedaan itu sebagai perekat persatuan dan kerukunan, maka  sudah pasti akan menjadi salah satu ancaman terhadap  kelestarian keragaman budaya dan akan menimbulkan perpecahan diantara kita. Perpecahan ini biasanya terjadi karena ada gesekan antar masyarakat, atau konflik-konfilk dalam skala kecil, yang pada akhinya dapat menjadi besar karena adanya provokasi-provokasi dari pihak yang menginginkan perpecahan di negara yang kita cintai. 

Perbedaan-perbedaan yang ada itu janganlah kita jadikan sebagai sekat pemisah bagi persatuan tapi justu menjadikan kita lebih menghormati kearifan lokal yang begitu banyak di negara kita ini.

Berbicara soal penguatan nilai kearifan lokal dalam menjaga kerukungan maka sudah barang pasti kita harus bisa mengetahui apa itu keatifan lokal. kenapa kearifan lokal perlu dijaga, dan sebagainya.

Kearifan lokal adalah nilai-nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan yang dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh masyarakat. 

Secara umum Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang menjunjung tinggi kerukunan, gotong-royong, saling menolong, rasa persaudaraan, dan ramah tamah dan berbudaya. Inilah bentuk-bentuk kearifan lokal yang perlu dijaga secara terus menerus.  Kearifan-kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah misalnya: masyarakat Ambon, Katong samua basudara (Kita semua bersaudara); Yogyakarta/ Jawa Tengah, alon-alon asal kelakon (pelan-pelan akan terlaksana/ terwujud); masyarakat Kaili, Sulawesi Tengah, masintuvu kita marisi, morambanga kita maroso (bersatu kita kuat, bersama kita kokoh),  Nosarara Nosabatutu (bersaudara kita bersatu) dan slogan Riumba Tana ri Jeje, Risitu Langit Nitande (dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung) ini membawa kekuatan yang sangat luar biasa jika kita mampu menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam kaitannya dengan upaya membina kerukunan.

Jika kita bicara soal kerukunan maka sudah pasti akan berkaitan dengan tujuan hidup, kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan bersama. Hal ini juga selaras dengan Ajaran Weda, yang menjelaskan bahwa: “Om samani wa akutih. Samana hrdayani wah.  Samanam astu wo. Mano yatha wah sasahasati”

Artinya : Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. 

Pesan yang terkandung dalam ajaran Weda tersebut adalah bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika antarmasyarakat bersama-sama mewujudkan persatuan, kedamaian dan kesejahteraan. Walaupun ada perbedaan, namun karena adanya kesadaran untuk mencapai satu tujuan, yakni kesejahteraan dan kebahagiaan, niscaya kedamaian hati, kebahagiaan akan tercapai atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Kearifan lokal yang dipegang oleh masyarakat Indonesia ternyata seiring dengan sesanti dalam Hindu “Vasudhaiva Kutumbakam” , “Tat Twam Asi”, dan Bhinneka Tunggal Ika” Oleh karena itu, dengan memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal, maka kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan akan terwujud. 

Sahabat Pelita Dharma yang saya cintai. Demikianlan Wacana Dharma singkat pecan ini. Semoga dapat menginspirasi kita dalam menjalani kehidupan, terutana dalam upaya penguatan nilai kearifan lokal serta dapat mengimplementasikan dalam kehidupan kita menuju masyarakat yang damai dan sejahtera. 

Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan,  sampai berjumpa dalam Pelita  dharma pada kesempatan berikutnya.  Akhirnya saya tutup wacana dharma ini dengan puja parama santih. Om Santih Santih Santih Om.

Dr. I Nyoman Slamet, S.Pd., M.Si (Dosen STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah)


Dharma Wacana LAINNYA

Pengorbanan dalam Perspektif Hindu

Hindu, Pluralitas, dan Gotong Royong

Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Jaga Kerukunan

Keluarga Sukhinah

Wacika Parisudha: Membangun Hita melalui Kata

Esensi Kemanusiaan dalam Hindu

Toleransi Beragama

Cinta Kasih Menebarkan Kedamaian

Ajaran Hindu tentang Bijak Bermedia Sosial