Simakrama Umat Hindu UPT Amohola, Pembimas Hindu Sultra: Terima Kasih Pemda Kabupaten Karangasem

Foto bersama usai kegiatan Simakrama Umat UPT Amohola, Desa Puudaria, Kec. Moramo, Kab. Konawe Selatan
Konawe Selatan, (Inmas Hindu Sultra) -- Dalam rangka perayaan Galungan dan Upacara Rsi Gana di Pura Pucak Wana Giri umat Hindu UPT Amohola, Desa Puuduria, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan menyelenggarakan kegiatan Simakrama.

Simakrama dilaksanakan pada Senin, 4 Juni 2018 bertempat di Wantilan Pura Pucak wana Giri yang mengundang Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem-Bali.

Hadir mendampingi umat dalam kegiatan Simakrama ini, dari unsur Pemerintah yaitu Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Sultra, Ngakan Made Sudiana, Kasi Bimas Hindu Kabupaten Konawe Selatan, Komang Sukeyasa, dan Kepala Desa Amohola-Puuduria. Dari unsur lembaga Agama dan Keagamaan Hindu, hadir Wakil Sekretaris I PHDI Sultra, Pande Kadek Juliana, Ketua PHDI Kabupaten Konawe Selatan, Gusti Adi Suantara bersama anggota, Ketua PHDI Kecamatan Moramo, Nyoman Sudarman, dan PHDI Desa dan Adat Wana Sari Puuduria.

Dari Pihak Pemerintah Kabupaten Karangasem, hadir Kepala Bagian Kesra Pemda Karangasem mewakili Ibu Bupati, Gede Basma bersama 4 orang Kasi dan staf di Kesra Karangasem, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Karangasem, Nyoman Suradnya di dampingi Kabid dan dan Kasinya.

Kegiatan simakrama yang dimulai pukul 14.30 wita di awali dengan sambutan MC dan ucapan selamat datang, dilanjutkan Laporan Ketua Panitia kegiatan umat yang juga ketua PHDI Amohola-Puuduria, Wayan Doblet Ariarsana. Yang bersangkutan juga salah satu penyuluh agama Hindu Non PNS yang bertugas di Kecamatan Moramo.

Wayan Doblet menyampaikan kondisi umat Hindu dan warga transmigrasi dari awal masuk transmigrasi tahun 2008 hingga 2018, 10 tahun bertahan di Amohola. Disampaikan bahwa dari 50 KK umat Hindu yang ditransmigrasikan di lokasi itu, berasal dari 2 Kabupaten, Bangli dan Karangasem, sampai saat ini bertahan 24 KK dengan jumlah jiwa 93 jiwa. Beberapa permasalahan di lokasi juga diungkapkan, dan kemajuan umat juga disampaikan baik secara pendidikan telah berdiri Pasraman Tat Twamasi yang telah terdaftar di Dirjen Bimas Hindu Kemenag R.I., Pembangunan Pura, perkembangan ekonomi umat dan lain-lainnya. Umat juga berterima kasih atas kehadiran Pemerintah Karangasem memenuhi undangan yang telah disampaikan.

Ketua PHDI Konsel, Gusti Adi Suantara menyambut baik kehadiran Pemerintah Kabupaten Karangasem di daerah Konawe Selatan, dan menyampaikan kondisi kerukunan umat di daerah ini terja dengan baik. Beliau juga menceritakan tentang bagaimana kondisi umat Hindu di Kabupaten Konawe Selatan. Umat transmigrasi di Konsel mengawali tahun 1969 di Desa Jati Bali, dan selanjutnya Daerah Landono, Mowila dan yang lainnya.

"Keadaan transmigrasi jaman dulu dan sekarang sangatlah berbeda, terutama terkait fasilitas yang diterima masyarakat, oleh karenanya umat Hindu di sini wajib kuat, karena anda tidak sendiri," tegasnya.

Beliau juga menitip pesan ke Pemerintah Karangasem, terutama Depnakertrans, harapan ke depan kalau ada transmigrasi dari Bali lagi, dimohon jangan hanya mengirim 15 KK di satu lokasi, paling tidak 25 KK yg ditempatkan, karena ini terkait masuka-duka umat kita, membangun dan menyungsung Pura di daerahnya.

Pembimas Hindu, Ngakan Made Sudiana menyampaikan ucapan terima kasih dan ucapan selamat datang kepada pemerintah daerah Karangasem di Sulawesi Tenggara, beliau juga mengucapkan selamat hari raya Galungan lan Kuningan kepada umat.

Pembimas Hindu dalam sambutannya mengiyakan apa yang telah disampaikan oleh Ketua PHDI Konsel. Karena belakangan banyak daerah transmigrasi baru di Sulawesi Tenggara yang mendatangkan warga Bali sebagai peserta transmigrasi, namun jumlahnya sangat sedikit, ada yang 10 KK, 15 KK, bahkan ada yang hanya 5 KK. tentu ini akan menjadi sebuah beban bagi umat di sana untuk membangun dan menyungsung sebuah tempat ibadah. Takutnya karena merasa minoritas mereka terkonfersi ke agama lain. Sudiana juga menyampaikan terkait potensi umat Hindu di Sultra.

"Perlu kami sampaikan bahwa umat Hindu di Sulawesi Tenggara tersebar di 11 Kabupaten/Kota, dari 17 Kab./Kota yang ada di Sultra. Secara ekonomi, kondisi umat belum merata, ada yang sudah maju, dan ada juga yang masih menempati rumah trans yang ditempati di awal mereka datang," tuturnya.

"Untuk Pura, di Sulawesi Tenggara terdapat 252 buah Pura Umum, Khayangan Tiga, Eka Khayangan, Prajapati, dan lainnya. Belum termasuk Pura Klen. Dari 252 Pura ini, 70% belum dalam kondisi yang representatif, karena banyak Pura yang belum memiliki penyengker.  Banyak yang belum memiliki sarana prasana peribadatan yang lengkap, alih-alih memiliki Gong atau Gambelan. Masih sangat terbatas," imbuhnya.

Di mohonkan kepada Pemerintah Kabupaten Karangasem, walaupun sudah berbeda binaan, agar secara emosional tetap memperhatikan mantan warganya yang dikirim transmigrasi, melalui cara apa pun yang sesuai dengan aturan perundang-undangan. Umat di Sultra sangat memerlukan sentuhan dari semua kalangan.

Pemerintah Kabupaten Karangasem, yang diwakili Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nyoman Suradnyana, yang didampingi Made Sujana Kabid tenaga kerja. Beliau  menyampaikan permohonan maaf ibu Bupati Karangasem tdk bisa hadir karena ada kesibukan lain yang juga sangat penting, sehingga menugaskan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kabag Kesra yang hadir memenuhi undangan umat Hindu di Desa Amohola-Puuduria ini.

Nyoman Suradnya menyampaikan bahwa sudah 3 kali datang ke UPT Amohola, dan ini adalah kali keempatnya sejak 2008 lalu. Pertama datang membawakan bantuan Chainsaw (gergaji kayu mesin), kedua dan ketiga datang membantu masalah sertifikat tanah pembagian warga yang belum terbit. Datang kempat kalinya ini adalah simakrama atas undangan umat. Terkait keluhan warga transmigrasi asal Karangasem saat ini, Suradnya pun menjelaskan kondisi tersebut ke umat.

“Bapak Ibu, Pemerintah Karangasem sekarang tidak bisa lagi membantu masyarakat Amohola, karena beda administrasi pemerintah. Kedatangan kami ke sini pun adalah karena kedekatan emosional yang kita jalin dari awal, kami hanya bisa membantu sebisanya kami sekarang. Ingat warga transmigrasi Bali di sini tidak boleh pulang lagi ke Bali, tetap menetap di sini, kelola lahan yang sudah diberikan, jadilah orang yang sukses diratau, di tanah transmigrasi. Nanti kalau sudah sukses, baru pulang ke Bali sebagai tamu yang liburan ke Bali. Kenapa saya katakan demikian? Karena sukses bapak di sini, punya tanah berhektar di sini kalau dijual dan di bawa ke Bali, belum tentu bapak dapat tanah satu are di Bali. Tiang tahu 2008 datang ke sini tidak ada apa-apa, sekarang sudah lebih baik lagi. Karena itu jangan pernah menyerah, bangun daerah ini agar menjadi daerah produktif,” tegasnya.

Acara Simakrama ditutup dengan Dharma Wacana, pesan dari Kepala Bagian Kesra Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem, Gede Basma yang memaparkan terkait konsep hidup rukun dan sejahtera, dengan mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, yaitu Prahyangan, Pawongan dan Palemahan. Dilanjutkan penyerahan Bantuan buku bacaan Hindu dan Punia Pemda Karangasem kepada Umat Hindu. Kegiatan Simakrama dilanjutkan dengan Persembahyangan Bersama di Pura Puncak Wana Giri. (ft/nw:PKJ)

Berita Daerah LAINNYA