Upakara Sebagai Media Pendidikan Bagi PKK Desa Tibubeneng

Penyuluh dengan sabar menuntun peserta dalam praktek langsung
Mangupura, 21 Nopember 2016, Desa Tibubeneng Kec.Kuta Utara yang terdiri dari tiga Desa Adat ( Berawa, Tandeg dan Padonan) tergolong daerah pariwisata serta penduduknya heterogen, tidak menyurutkan minat umat Hindu untuk memperdalam ajaran agamanya. Kepala Desa Tibubeneng yang melimpahkan tugas kepada Kaur Kesra Desa Tibubeneng telah bekerjasama dengan Kankemenag. Kab.Badung dengan menyelenggarakan Pelatihan Membuat Upkara/ Banten pada hari Minggu, 20 Nopember 2016, bertempat di Kantor Desa Tibubeneng, Kec.Kuta Utara yang diikuti oleh PKK Desa Tibubeneng.

Penyuluh Agama Hindu ( Ni Nengah Rasmiati ) sebagai narasumber didampingi oleh PAH Non PNS yang mewilayahi, menyampaikan materi : Pelatihan membuat banten Pejati, Beyakonan dan Prayascitta. Kegiatan diawali dengan melaksanakan Puja Tri Sandya., narasumber menyampaikan bahwa : Majejahitan adalah ketrampilan dalam suatu pekerjaan tangan, yang membutuhkan ketelitian serta mengandung suatu konsep keindahan/estetika dengan teknik tetuasan dan reringgitan yang mengandung simbolis atau lambang suatu bentuk penyampaian rasa dan tujuan diwujudkan dalam bentuk Upakara. Mejejahitan tidak asing bagi perempuan Hindu di Bali, dan mejejahitan adalah media pendidikan serta sebagai hasil cipta rasa dan karsa manusia dalam usaha untuk mendekatkan diri kehadapan Hyang Widhi, menyampaikan rasa syukur dan terimakasih umat manusia atas anugerah yang telah diterima di alam semesta ini. Dalam menjaga kesucian yang perlu dipahami dan dilaksanakan adalah Suci laksana yang disampaikan melalui methode Dharmagita yakni dalam Pupuh Ginada : Sadurung jaga meyadnya.Patut ngardi raga resik. Raris masuci laksana Mesiram kalih mekayun.Sekala miwah niskala.Maring bhudi Setata eling ring raga. Pupuh ini dilantunkan oleh peserta dan dijelaskan oleh narasumber dengan lihai yang membuat semangat peserta untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tuntunan Membuat Upakara dan Praktek membuat Banten Pejati, Beyakoanan dan Prayascitta narasumber menekankan agar didalam membuat upakara tetap berdasarkan sastra disamping itu upakara adalah sebagai media pendidikan bagi umat Hindu yang yang pada intinya dilandasi dengan keikhlasan.

Dengan memahami nilai yang terkandung dalam upakara akan menambah keyakinan umat terhadap Hyang Widhi. Yadnya adalah sebagai penyangga bumi beserta isinya dan jika tidak ada yadnya, hilang dari bumi ini, hancurlah bumi ini, seperti yang tersurat dalam Atharwa Weda : Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo brahma yadnya prthiwi dharayanti, disamping itu yadnya lahir dari karma yang di Bali sering diwujudkan dalam bentuk upakara ( Bebantenan) maka yadnya dan upakara tergolong karma sanyasa atau jalan perbuatan ( Penyuluh )

Berita Daerah LAINNYA