Dirjen Bimas Hindu Berpartisipasi Sukseskan G20 Religion Forum (R20)

Dirjen Bimas Hindu saat mengikuti kegiatan G20 Religion Forum (R20)

Nusa Dua - Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija melanjutkan agenda kegiatan di Bali dengan menhadiri gelaran G20 Religion Forum (R20) yang berlangsung di Grand Hyatt, Nusa Dua Bali pada tanggal 2 s.d 3 November 2022.

 

Kegiatan besutan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama The Muslim World League (MWL) ini mengambil tema “Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solution: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values” yang bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam agenda perdamaian, pembangunan ekonomi dan stabilitas dunia dengan melibatkan para pemuka agama dari berbagai negara terutama negara-negara anggota G20. 

 

Duija hadir bersama dengan pejabat Eselon I pada Kementerian Agama, Tokoh Agama Rektor dan Ketua PTKN Mendampingi Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas yang menjadi salah satu Keynotes Speaker.

 

Religion Twenty menjadi ajang sharing pengalaman setiap bangsa dalam menghadapi tantangan global dan pandemi. Di hadapan tokoh agama dari berbagai negara, Gusmen Yaqut juga berbagi tentang Pancasila dan keberhasilan Indonesia menghadapi pandemi.

 

"Indonesia jelas bukanlah bangsa yang memiliki kekuatan hebat untuk berpacu dalam kompetisi teknologi dan sains, secara ekonomi Indonesia juga tidak memiliki kemakmuran materiil sebagaimana sebagian besar negara-negara sahabat anggota G20 lainnya. Namun demikian, dalam menghadapi bahaya dan masalah, Indonesia terbukti sama tangguhnya dengan bangsa-bangsa maju lainnya," jelas Menag.

 

Menurutnya, Indonesia adalah bangsa yang tumbuh oleh tempaan sejarah: melintasi prahara demi prahara. Mulai dari sejarah kolonialisme, pergolakan politik, otoritarianisme Orde Baru dan kini demokrasi. Demokrasi telah memberikan Indonesia jalan terbaik bagi rakyat berpartisipasi untuk mempertahankan hak-hak dan kewajiban konstitusionalnya.

 

"Pengalaman pandemi di Indonesia membuktikan ini secara gamblang; tanpa partisipasi sukarela rakyat, tanpa solidaritas dan rasa persatuan, tanpa kemanusiaan dan kehendak untuk adil, rasanya sulit Indonesia bisa mengatasi krisis demi krisis serta globalisasi pandemi dengan baik," tandasnya.

 

Menutup presentasinya, Menag menekankan bahwa hal-hal material memang bisa menopang kemajuan, namun harapan-harapan terbaik umat manusia pada akhirnya hanya bisa dijamin di dalam prinsip-prinsip bersama yang kokoh serta universal.


Berita Pusat LAINNYA