Ditjen Bimas Hindu, Kemenag RI Apresiasi Pembangunan Rumah Ibadah bagi Umat Hindu Etnis Tamil di Jakarta

Jakarta - Prof. I Nengah Duija turut mengapresiasi umat Hindu keturunan etnis Tamil bangun tempat ibadah inklusif di Jakarta. Ucapan apresiasi tersebut disampaikan Direktur Jenderal Bimas Hindu Kementerian Agama RI saat meninjau progres pembangunan Rumah Ibadah (Kuil) Shri Sanathana Dharma Aalayam Jakarta Murugan Temple di Kawasan Jln. Bedugul Raya, Kalideres, Jakarta Barat,  Sabtu Siang (19/08/2023) didampingi Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Umat, Raditya Dewa Agung Arsana dan Kasubdit Penyuluhan, Ida Made Pidada Manuaba.  

“Sesungguhnya Hindu di Nusantara dan India berbeda dalam aspek sosiologisnya, untuk itu hal yang patut diapresiasi adalah tempat ibadah ini dibangun untuk umat Hindu asli keturunan India yang sekarang tinggal di Indonesia. Saya berharap tempat ini menjadi tempat ibadah yang inklusif bagi seluruh umat Hindu di nusantara, agar kita sebagai Hindu memahami secara komprehensif makna sesungguhnya dari  kebersatuan Hindu dalam keberagaman etnis dan budaya” Tegas Prof. I Nengah Duija. 

Prof. Duija juga berpesan agar inklusifitas dalam menganut ajaran Hindu tidak bersinggungan dengan budaya nusantara yang sudah lebih dahulu berada di Indonesia.

"Masyarakat Indonesia, khususnya umat Hindu terkenal dengan toleransinya dalam beragama, untuk itu agar keberadaan umat Hindu etnis Tamil di Indonesia dapat saling menghormati dan hidup berdampingan tanpa harus ada ketersinggungan satu sama lain" lanjutnya.

Kuil untuk sembahyang umat Hindu etnis India Tamil ini bukan satu satunya di wilayah Jakarta. Namun menurut ketua Yayasan Shri Sanatana Dharma Aalayam, keberadaan Kuil yang lainnya dimiliki secara pribadi oleh satu atau dua orang umat saja. 

"Di Jakarta atau di Jabodetabek Kuil Umat Hindu Tamil itu ada, tapi tidak ada yang punya umat Hindu, dan inilah salah satu Kuil yang berdiri yang mana kepemilikan ya kita semua bukan hanya orang Hindu Tamil keturunan India atau bagaimana tetapi semua. Baik itu orang asing sekalipun memiliki gedung ini. Jadi seperti yang saya katakan bahwa Kuil yang ada itu selalu diinisialkan (diberi nama) bukan dengan nama dewata atau dengan nama apa yang ada di kuil itu tetapi dengan nama si pemilik A, B, C. Kita membangun Kuil ini dengan branding Jakarta Murugan Temple, bukan Kuil A, B, C. Itu suatu persembahan kita untuk umat kita yang ada di Jakarta. Terwujudnya Kuil ini juga berkat dukungan dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta. Ini suatu wujud bahwa kita (umat Hindu Tamil) sangat sangat minoritas di anggap setara”. Kata Selwendren, Ketua Yayasan Shri Sanathana Dharma Aalayam. 

Bahkan dengan semangat kebersamaan atau inklusifnya, kuil ini tidak digunakan untuk secara khusus untuk memuja satu dewata. 

“Kami harapkan ini menjadi ikon setelah Katedral, Istiqal, ikon destinasi wisata religi di wikayah Jakarta, ini yang kami kejar sehingga tidak diberi nama identitas satu dewa untuk tempat ini. Kami mengambil nama asal usul Hindu yaitu santana dharma sehingga tidak berkonotasi ini Hindunya mazab ini, ini umum, semua umat Hindu bisa beribadah disini.” Kata Kobalen, Salah satu penggagas atau pendiri Jakarta Murugan Temple.
Progres pembangunan kuil di atas lahan seluas 4.000 meter persegi sudah berkisar 70 persen. Pembangunan diperkirakan rampung dalam waktu 2 bulan kedepan.


Berita Pusat LAINNYA