GALAU, IAHN Gde Pudja Mataram Undang Duija bahas ini

Kegiatan Dirjen Bimas Hindu di IAHN Gde Pudja Mataram

Mataram - Kerap kali mendapat pertanyaan dari para dosennya, Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram akhirnya gelar Workshop Penyesuaian Rumpun / Bidang Ilmu pada Aplikasi Sister Dosen, Jumat  (09/06/2023) di aula kampus IAHN Gde Pudja Mataram. LPM Gde Pudja Mataram galau karena tidak mampu memberikan jawaban pasti atas pertanyaan para dosennya. 
“Kegiatan workshop penyesuaian rumpun ilmu atau bidang ilmu yang kita laksanakan pada hari ini dilatarbelakangi oleh adanya kegalauan dari LPM yang kerap kali mendapat pertanyaan dari Bapak Ibu dosen terkait adanya perbedaan bidang ilmu antara pendidikan di tingkat terakhir dengan serdiknya atau di sertifikat pendidiknya dengan data pada aplikasi sister” Kata Ketua Panitia Workshop sekaligus Ketua LPM IAHN Gde Pudja Mataram, Dr. I Wayan Ardhi Wirawan. 
Aplikasi “SISTER” atau Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi merupakan sebuah aplikasi dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diluncurkan melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya IPTEK dan Dikti yang digunakan sebagai portofolio tenaga pendidik di seluruh Indonesia. Kegiatan workshop ini diharapkan dapat memberikan pencerahan atau jawaban kepada para dosen yang memiliki perbedaan-perbedaan antara bidang yang diampu dalam mata kuliah dengan bidang keilmuan yang ada aplikasi sister. 
Workshop yang dihadiri oleh 112 orang peserta dan 10 orang panitia ini menghadirkan dua orang narasumber yakni Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si dan Direktur Pendidkan Hindu, Dr. I Gusti Made Sunartha, S.Ag.,MM. Dalam sambutanya, Direktur Jenderal Bimas Hindu menyatakan bahwa saat ini banyak perguruan tinggi yang memiliki permasalahan yang sama tentang nomenklatur dari  bidang keilmuan yang dikelola. Duija menyampaikan auto kritiknya bahwa dari awal ketika menyiapkan sebuah perguruan tinggi belum memikirkan sekup keilmuan yang dikelola bahkan hingga membuka program studi belum menyiapkan perangkat nomenklatur keilmuannya. 
“Kita seolah-olah membawa perguruan tinggi ini ke dalam dunia yang awang-awang sehingga  pertanyaan-pertanyaan penting dalam setiap dosen itu adalah saya harus menekuni bidang ilmu apa ? Ini artinya kita selama ini memang hampir semua perguruan tinggi keagamaan kita itu seolah berjalan seperti kantor. Di kantor dalam artian ya sudah, masuk kerja jam 7 pagi dan pulang kerja jam 4 sore selesai persoalannya. Tapi kampus ini bukan kantor, kampus ini adalah laboratorium dari ilmu yang kita kelola dari semua pengetahuan yang ada di program studi di kampus ini. Jadi kita bukan kantor, makanya dosen dan pejabat di kampus itu beda dengan pejabat yang di kantor. apa bedanya ? bedanya adalah kita dikampus harus selalu berpikir selama 24 jam, karena yang kita kelola itu adalah banyaknya ilmu. Ilmu itu setiap detik ada perkembangan dan dosen tidak boleh merasa apa yang kita miliki sekarang ini sudah selesai ” Kritik Prof. Duija. 
Terkait permasalahan rumpun ilmu atau bidang ilmu, dalam pemaparan materinya, Prof Duija mengajukan 29 rumpun keilmuan agama Hindu yang dikutip dari berbagai sumber. Kesepakatan bersama diperlukan untuk dapat mengajukan rumpun keilmuan agama Hindu kepada Kementerian Ristek Dikti sehingga dapat ditautkan para dosen di aplikasi sister.
 


Berita Pusat LAINNYA