I Nengah Duija Sampaikan Ontologi Program Studi Sastra Bali di Seminar Nasional HUT MAHASABA 2023

Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI I Nengah Duija saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Kamis (19/10/2023).

BALI, (BIMAS HINDU) – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Dirjen Bimas Hindu) Kementerian Agama (Kemenag) RI I Nengah Duija diundang menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Kamis (19/10/2023).

Event yang menjadi pembukaan HUT MAHASABA XII ini digelar di Auditorium Widya Sabha Mandala, Gedung Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Dalam kesempatan itu Dirjen Bimas Hindu menyampaikan soal Ontologi Program Studi Sastra Bali. Duija yang juga alumni Sastra Bali 1987-1991 mengawali materinya dengan menceritakan bagiamana perjalanannya ketika menjadi mahasiswa Satra Bali. Ia menyebut bahwa mahasiswa Sastra Bali saat itu belum memiliki gambaran Ontologi yang jelas. Ia kemudian menjelaskan mengenai paradigma baru terkait dengan sistem pembelajaran di Perguruan Tinggi.

“Dalam sistem pembelajaran saat ini, ada 3 hal penting, yaitu kualitas dosen dan pengajar, kualitas kurikulum serta lulusan. Terkait kurikulum, ini yang perlu kita perhitungkan apakah kurikulum kita itu cukup untuk menagih janji kepada mahasiswa ketika mahasiswa selesai apa yang kita inginkan setelah mahasiswa lulus,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, konsepsi kurikulum itu menurutnya adaptatif dan bisa diperbaharui. “Kurikulum itu bukan kitab suci, kurikulum itu sangat adaptif dan sangat perlu diperbaharui. Apalagi sekarang ada satu generasi baru yang disebut Aritificial Intelegence  (AI) atau bicara soal robot yang menyamai kemampuan manusia. Apakah Perguruan Tinggi sudah siap dengan itu? Nah, oleh karena itu, kurikulumnya harus diperhatikan,” katanya.

Duija kemudian menjelaskan mengenai profil para lulusan Program Studi Sastra Bali. “Program Studi ini akan menghasilkan lulusan seperti apa? Peran apa yang dapat dilakukan oleh lulusan Program Studi Sastra Bali di masyarakat?” ucap Duija.

Menurutnya, bidang kerja yang bisa dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Sastra Bali yaitu mampu menjadi guru atau dosen, peneliti, leader atau pemimpin, jurnalis atau wartawan, human relation atau humas dan Master of Ceremony atau MC.

Supaya mencapai ini, lanjut Duija, pengetahuan yang yang harus dimiliki harus dikusai paling tidak adalah Ilmu Bahasa Bali 30 %, Ilmu  Sastra Bali 30%, Ilmu Aksara Bali 20 % dan Ilmu-ilmu Kekinian 20%.

Duija menekankan bahwa yang harus ditata sekarang adalah ilmu kekinan Teknologi Informatika. “Tentu adek-adek yang punya skill atau kemampuan di bidang teknologi, informatika dan media sosial untuk bisa membagikan apa pun tentang Sastra Bali. Ini lho Sastra Bali. Silahkan di-share apapun yang kalian pelajari ketahui tentang Sastra Bali. Dan itu akan dibaca oleh seluruh dunia. Itu keuntungannya di zaman sekarang,” katanya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana berharap ke depan, Sastra Bali hadir lewat media sosial yang kelola oleh Mahasiswa.

“Saya yakin mereka sangat kreatif. Hal itu bisa mengangkat kehadiran Sastra Bali di Tingkat Nasional bahkan Internasional. Kegiatan ini tersistem relevan terhadap penggunaan bahasa Sastra dan Aksara Bali,” katanya.


Berita Pusat LAINNYA