Ini Pelajaran Yang Bisa Dipetik Dari Pelaksanaan Upacara Yadnya

Dirjen Memberikan Sambutan pada Pujawali ke-38 Pura Amrta Jati Pangkalan Jati Jakarta Selatan

Jakarta Selatan - Prof. I Nengah Duija tegaskan tidak ada upacara yang dapat membuat miskin umat Hindu. Justru ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan Upacara Yadnya. 

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama RI dihadapan ratusan umat yang hadir sembahyang Pujawali ke-38 Pura Amrta Jati Pangkalan Jati, Jakarta Selatan, Senin malam (03/07/2023). 

Mantan rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar ini mengharapkan jangan menyeret agama pada kemiskinan dan seolah-olah karena upacara umat Hindu menjadi miskin. Kemiskinan yang terjadi di Bali yang notabene mayoritas penduduknya beragama Hindu bukan karena upacara melainkan karena judi. Upacara justru memacu perputaran roda perekonomian karena dalam satu waktu dapat mengumpulkan ratusan umat dalam satu tempat. 

“Karena upacara lah, Hindu itu bisa hidup. Karena upacara itu lah umat Hindu menghidupkan orang lain. Tidak bisa buat canang, ya kita beli. Yang jual umat kita juga. Yang jual busung (Janur) adalah bukan umat kita. Yang jual telur bukan umat kita. Yang jual kue juga bukan umat kita. Karena upacara, semua kehidupan di dunia ini bisa hidup, gara-gara kita upacara. Jangan pikir bahwa kita miskin karena upacara, tapi uang yang kita sumbangkan kepada orang lain, jauh lebih bermanfaat daripada kita kaya, tetapi orang lain yang miskin. Itu lah sebenarnya kontribusi kita” Jelas Prof I Nengah Duija. 

Menurut guru besar UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, sedikitnya ada tiga pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan upacara yang bersifat komunal. Tiga pelajaran itu ialah kejujuran, kerjasama dan moralitas. 

“Siapapun yang masuk ke pura ini, yang metanding banten, yang memasang taring, yang memasang wastra, yang melakukan kegiatan baik konsumsi maupun yang lain, pasti pertama yang dibutuhkan adalah kejujuran. Karena di dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa yang namanya serati banten itu tidak boleh melebih-lebihkan, tidak boleh mengurangi, tidak boleh cemer (kotor), tidak boleh berniat tidak baik. Maka kejujuran itu menjadi penting dalam setiap upacara agama” Prof. Duija mencontohkan pelajaran kejujuran dalam upacara yadnya. 

Selain Kejujuran diperlukan kerjasama dan juga moralitas atau niat dan pikiran yang baik semua pihak sehingga pelaksanaan upacara yadnya dapat berlangsung dengan lancar.


Berita Pusat LAINNYA