Kemenag Sebut Pemasangan Chattra Tambah Aura Spurutualitas Candi Boroudur

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha (Dirjen Bimas Buddha) Kemenag Supriyadi di acara Media Gathering Keagamaan Buddha Terkait Chattra Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah, Senin (9/10/2023).

MAGELANG, (BIMAS HINDU) - Kementerian Agama (Kemenag) mengatakan bahwa pemasangan Chattra atau payung di Puncak Stupa Utama Candi Borobudur menambah aura spiritualitas umat Buddha. Sebab, dari segi keagamaan Chattra menjadi salah satu penyempurna dari sebuah bangunan stupa. Atas dasar itu, pihak Kemenag akan tetap berupaya melakukan pemasangan Chattra. 

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha (Dirjen Bimas Buddha) Kemenag Supriyadi di acara Media Gathering Keagamaan Buddha Terkait Chattra Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah, Senin (9/10/2023). 

"Dengan pemasangan Chattra tersebut, kami memaknai dengan dibangunnya Chattra tersebut akan memberikan aura dari spiritualitas umat Buddha," kata Supriyadi 

Terkait pemasangan Chattra atau atau payung di Puncak Stupa Utama Candi Borobudur, pihaknya akan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

"Kami juga meminta bantuan teman-teman dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Karena ini bicara bangunan, bangunan warisan dunia harus melibatkan berbagai pihak, dan termasuk melibatkan mereka yang memiliki kepentingan di dalamnya," papar Supriyadi.

Supriyadi menyebut, pihaknya sudah berkirim surat kepada BRIN agar dibantu riset tentang rencana kebijakan pembangunan Chattra Candi Borobudur.

Tentang target dimulainya pemasangan Chattra tersebut, Supriyadi mengatakan mudah-mudahan saja dengan proses yang sedang berjalan ini akan dapat segera direalisasikan pemasangan tersebut.

"Kami berharap dari Kemenag agar segera dipasang Chattra Candi Borobudur. Jadi sekarang ini sedang dalam pengkajian," tutur Supriyadi. 

Terkait rencana pemasangan Chattra Candi Borobudur yang masih mendapat penolakan dari Arkeolog, Supriyadi mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait. Karena, lanjutnya, pengembangannya tidak serta-merta menjadi kewenangan dari Kemenag.

Supriyadi juga menanggapi tentang penolakan arkeolog bahwa pembangunan Chattra tersebut dinilai pemasangannya tidak memenuhi rekonstruksi arkeolog.

"Kita akan rapat bersama lagi untuk melakukan pengkajian kembali. Jadi terus berkoordinasi untuk pembangunan Chattra Candi Borobudur," tambah Supriyadi.

Sebagai bangunan bersejarah, kata dia, tentunya Candi Borobudur tidak hanya dimaknai dari sisi disiplin arkeologi semata, namun akan lebih sempurna jika candi Borobudur sebagai situs peninggalan keagamaan juga dimaknai dari disiplin ilmu keagamaan yakni filosofi agama. 

Acara Media Gathering Keagamaan Buddha terkait Chattra Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah ini dihadiri oleh para pranata humas dan tim media Ditjen Bimas Kemenag termasuk Ditjen Bimas Hindu dan para awak media wilayah Jakarta, Jogja, Magelang dan sekitarnya. 


Berita Pusat LAINNYA