Kemenag: Tuntunan di Manuskrip Keagamaan Hindu Strategis Tangkal Pengaruh Negatif dari Arus Globalisasi

Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI I Nengah Duija saat pembukaan Festival Literasi Keagamaan dan Seminar Nasional Manuskrip Keagamaan Nusantara di Candi Prambanan, Rabu (15/11/2023).

PRAMBANAN, (BIMAS HINDU) – Gempuran kemajuan teknologi dan informasi yang semakin mengglobal saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi para umat beragama. Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, tuntunan-tuntunan yang tertulis di manuskrip keagamaan Hindu menjadi strategis untuk menangkal pengaruh negatif dari arus globalisasi. 

Untuk itu, Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Ditjen Bimas Hindu) menggelar Festival Literasi Keagamaan dan Seminar Nasional Manuskrip Keagamaan Nusantara di Candi Prambanan. Agenda ini digelar sebagai ajang pelestarian budaya keagamaan dan sebuah strategi dalam membina umat untuk menciptakan kondisi yang harmonis sekaligus toleran di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia dan arus globalisasi.

“Umat Hindu harus mampu berkiprah dan menghadapi rintangan dan tantangan ke depan melalui tuntunan-tuntunan yang telah dituliskan dalam literasi manuskrip keagamaan Hindu. Globalisasi harus berjalan sebagaimana mestinya, tapi kita tidak boleh hanyut terbawa arus. Di sinilah peranan penting Agama untuk menangkal pengaruh negative dari arus globalisasi,” kata Menteri Agama dalam sambutannya yang dibacakan oleh Dirjen Bimas Hindu RI I Nengah Duija, dalam acara pembukaan Festival Literasi Keagamaan dan Seminar Nasional Manuskrip Keagamaan Nusantara di Candi Prambanan, Rabu (15/11/2023) malam. 

Menurutnya, beragama di era globalisasi sekarang ini tidak cukup hanya dengan keyakinan semata, tetapi harus mampu memahami literasi keagamaan yang telah diwariskan dan mampu memaknai setiap prilaku. Sehinggga apa yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada diri sendiri, orang lain, dan pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Event ini, lanjutnya, menjadi wadah penting bagi kita untuk memperkaya wawasan keagamaan di Nusantara yang kaya akan keberagaman budaya dan sejarah. Candi Prambanan sebagai latar belakang seminar ini, bukan hanya menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Namun juga menjadi sebuah saksi bisu peradaban keagamaan Hindu yang telah berkembang di Indonesia.

“Literasi keagamaan menjadi salah satu fokus utama dalam era informasi sekarang ini. Dengan teknologi yang semakin canggih, penting bagi kita untuk tetap terkoneksi dengan akar keagamaan dan nilai-nilai luhur yang ada dalam warisan peradaban Nusantara. Melalui literasi keagamaan, kita dapat menggali lebih dalam pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama yang telah mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat,” katanya.

Manuskrip keagamaan Nusantara adalah harta karun yang tak ternilai, mencerminkan kearifan lokal dan ketahanan nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Sehingga, event ini menjadi forum bagi para akademisi, peneliti, dan praktisi keagamaan untuk berbagi pemikiran, temuan serta gagasan terkait dengan literasi keagamaan dan khususnya manuskrip keagamaan Nusantara.

“Saya berharap melalui event ini akan muncul pemahaman yang lebih mendalam tentang peran literasi keagamaan dalam membangun harmoni dan toleransi antarumat beragama di Nusantara. Kita dapat merenung bersama tentang bagaimana literasi keagamaan dapat menjadi pondasi kokoh bagi pembangunan masyarakat yang berakhlak mulia dan berlandaskan nilai-nilai keadilan,” katanya. 

“Mari kita senentiasa meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan kita seperti disebutkan dalam sastra ‘Vidya dhanam Sarvadhana Pradhanam’ sesungguhnya Pengetahuan adalah kekayaan yang tertinggi. Semoga penyelenggaraan Festival Literasi Keagamaan dan Seminar Nasional Manuskrip Keagamaan Nusantara di Candi Prambanan Tahun 2023 mampu Membangun Peradaban Bangsa melalui penguatan literasi manuskrip keagamaan Nusantara,” pungkasnya. 


Berita Pusat LAINNYA