Perlu Ditingkatkan, Literasi Agama di Era Digital Harus Menyasar Lebih Banyak Generasi Muda

Direktur Pendidikan Ditjen Bimas Hindu Trimo saat menjadi Keynote Speaker dalam webinar bertajuk 'Mewujudkan Moderasi Beragama dan Literasi Agama melalui Pembinaan dan Pemberdayaan Dharma Duta di Era Digital', Sabtu (28/10/2023).

JAKARTA, (BIMAS HINDU) - Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu RI Trimo menekankan bahwa literasi agama bagi kaum muda perlu ditingkatkan. 

Hal itu disampaikan oleh Trimo yang juga menjadi Keynote Speaker dalam acara webinar bertajuk 'Mewujudkan Moderasi Beragama dan Literasi Agama melalui Pembinaan dan Pemberdayaan Dharma Duta di Era Digital', Sabtu (28/10/2023). 

"Kita memahami bahwa literasi bagi anak-anak kita perlu ditingkatkan. Setidaknya ada 6 literasi dasar yang harus dijadikan kebiasaan, yaitu: baca tulis, finansial, digital, sains, numerasi, budaya dan kewargaan," katanya. 

"Komitmen kebangsaan dalam konteks moderasi beragama membuktikan tidak ada umat kita yang menolak prinsip-prinsip kenegaraan dan nilai-nilai Pancasila. Begitu juga soal toleransi dan anti kekerasan dalam ajaran kita seperti ahims, " imbuhnuya. 

Mengenai moderasi beragama ini, kata Trimo, bisa disebutkan ada sebanyak 7 pesan keagamaan: memajukan kehidupan umat manusia, menjunjung tinggi keadaban mulia, mengutamakan martabat kemanusiaan, memperkuat nilai moderat, mewujudkan perdamaian, menghargai kemajemukan, dan menaati komitmen berbangsa lain.

Di era digital saat ini, literasi agama termasuk moderasi beragama harus menyasar lebih banyak generasi muda. Hal itu disampaikan oleh Made Mangku Pastika selaku narasumber. 

"Di era digital seperti sekarang ini, literasi agama termasuk didalamnya moderasi beragama harus menyasar lebih banyak generasi muda. Untuk itu, harapannya lembaga dharma duta ini mencari teknik dan cara yang jitu untuk mencarikan solusi yang dapat diterima kalangan anak muda," katanya. 

Menurutnya, moderasi beragama itu penting. Namun literasi keagamaan sepertinya belum dipahami sepenuhnya menyusul kenyataannya diskriminasi masih terjadi. 

Untuk itu, lanjut dia, harapannya Lembaga Dharma Duta ini mencari teknik dan cara yang jitu untuk mencarikan solusi yang dapat diterima kalangan anak muda.

"Ajaran agama hindu bukan hanya bersifat universal tetapi juga saintifik yaitu dapat dijelaskan secara ilmiah dan logis untuk kebaikan. Belakangan saya baru bisa menyimpulkan bahwa Agama Hindu itu sangat penuh dengan kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia di dunia. Hal itu karena secara tanpa sadar bisa menjawab apa yang menjadi ketidaktahuan saya soal kehidupan, " ungkapnya. 

Sementara itu, I Ketut Donder yang juga selaku narasumber dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa ajaran hindu memastikan bahwa dharma agama dan dharma negara adalah sama pentingnya dan harus dilakukan sesuai dengan apa yang sudah menjadi landasan atau dasar kebaikan. 

Menurutnya, catatan penting lainnya adalah bagi siapapun yang mengakui dirinya beragama hindu bahwa kebenaran abadi itu disebut sanatana dharma yang mana ciri utamanya adalah pluralisme. Sehingga, mengenai moderasi beragama itu bisa dikatakan adalah ajaran dari agama hindu sebenarnya.

"Dibutuhkan peran aktif para Dharma Duta di era kaliyuga untuk menjadi penyuluh ajaran dharma ditengah ancaman demoralisasi yang semakin marak terjadi. Maka, pentingnya optimalisasi swadharmanig dharma duta serta meningkatkan wawasan keilmuan di era teknologi digital, " pungkasnya.

Adapun Webinar ini digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia melalui Lembaga Dharma Duta (LDD) menggelar webinar bertajuk 'Mewujudkan Moderasi Beragama dan Literasi Agama melalui Pembinaan dan Pemberdayaan Dharma Duta di Era Digital' dan diikuti 300 peserta secara daring via Zoom.


Berita Pusat LAINNYA