Wirausaha Muda Hindu Jadi Ajang Cetak Karakter Wirausaha Humanis Berlandaskan Nilai Agama

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki di penganugerahan pemenang EMC 2023, Jumat (24/11/2023) malam.

JAKARTA, (BIMAS HINDU)  – Event Wirausaha Muda Hindu atau Entrepreneurship Mahasiswa Camp (EMC) 2023 diharapkan menjadi ajang untuk mencetak mahasiswa berkarakter wirausaha yang humanis berlandaskan nilai-nilai agama.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki saat membacakan sambutan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dalam malam penganugerahan pemenang EMC 2023 di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) RI Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2023) malam.

“Semoga melalui kegiatan ini perguruan tinggi keagamaan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter wirausaha yang humanis dengan berlandaskan nilai-nilai agama. Mereka akan menjadi agen perubahan yang berperan dengan dalam pembangunan nasional,” katanya sekaligus menjadi sambutan penutup EMC 2023.

Pada kesempatan itu, Wamenag mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan EMC 2023 yang digelar oleh Ditjen Bimas Hindu tersebut.

Entrepreneurship atau wirausaha, kata dia, adalah keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa karena tatangan ke depan bagi lulusan perguruan tinggi sangatlah ketat. Tantangan kemajuan teknologi yang berimplikasi pada tergantikanya tenaga manusia oleh tenaga robot tentu saja hal ini akan mengancam para lulusan perguruan tinggi.

Namun, gangguan Artificial Intelegence (AI) dan teknologi terhadap pasar kerja sesungguhnya diimbangi pula dengan munculnya lapangan kerja baru bahkan lebih banyak dari yang hilang. Oleh karenanya, kata dia, mahasiswa perguruan tinggi keagamaan tidak perlu khawatir tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus nanti, karena bagi orang orang yang senantiasa terus meningkatkan kapasitasnya  tantangan tersebut pasti dapat dihadapi.

“Jiwa wirausaha mengajarkan hal tersebut yaitu semangat untuk terus berinovasi tekun dan sepenuh hati mengerjakan karya atau mengerjakan tugas, selalu ingin maju dan memiliki daya saing daya saing sebagai karakter wirausaha dengan dilandasi oleh sikap disiplin, jujur, komitmen, kreatif, inovatif, mandiri dan realistis” katanya.

Perguruan tinggi keagamaan harus mampu membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan abat ke 21 dengan mengembangkan kurikulum yang mempu mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Sehingga, mahasiswa perguruan tinggi keagamaan tidak hanya memiliki kecakapan Critical thinking (berpikir kritis), Creativity (kreatif) Collaboration (kolaborasi) dan Communication (komunikasi)  namun memiliki kecakapan spiritual sehingga mereka akan memilik keterampilan spiritual dan humanis.

Karenanya, lanjutnya, dalam menuju Indonesaia Emas, generasi muda ini akan menghadapi 3 tantangan. Ia merinci, tantangan pertama yaitu kesenjangan ekonomi yang dapat sejumlah menyebabkan masalah, yaiu ketidaksetaraan dalam akses pendidikan, layanan kesehatan dan peluang ekonomi. “Ini akan mempengaruhi stabilitas sosial dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” katanya.

“Tantangan kedua yaitu ketimpangan dalam pendidikan. Tak bisa dinafikkan demi menggapai Indonesia Emas 2045, bangsa ini seyogyanya menyiapkan sumber daya manusai yang unggul, cerdas dan kreatif. Guna menggapai sumber daya manusia yang ungul dan cerdas tentu memerlukan layanan pendidikan yang berkualitas,” katanya.

Sementara tantangan ketiga yaitu meningkatnya intoleransi di Indonesia. Wamenag mengatakan, beberapa tahun terakhir Indonesia menghadapai tantangan serius terkait intoleransi dan minimnya jaminan kebebasan beragama.

“Salah satu akar penyebab utama intoleransi di Indonesia adalah politisasi agama. Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks, beberapa kelompok telah memanfaatkan sentimen agama untuk mendukung tujuan politik mereka. Hal ini telah menciptakan iklim yang memungkinkan retorika intoleran untuk merasuki masyarakat, memecah belah persatuan kesatuan yang harmoni yang ada di dalam masyarakat yang telah lama tumbuh dan menjadi ciri khas masyarakat Indonesia,” katanya.

Oleh karenanya, lanjut dia, perguruan tinggi keagamaan Hindu memiliki tantangan untuk dapat membentuk lulusan yang dapat menghadapi segala tantangan tantangan tersebut.

“Perguruan tinggi kegamaan harus memiliki nilai sebagai pencetak mahasiswa yang memiliki jiwa entrepreneurship, yang spritual dan humanis,” katanya.

Ia melanjutkan, melalui Tri Darma perguruan tinggi, kampus Hindu dapat menjadi daya ungkit dan pengentasan kemiskianan, meningkatkan kerukunan dan pembangunan sumber daya manusia yang unggul, penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi agar diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bangsa.

“Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat memotivasi mahasiswa Hindu untuk terus berkarya, berinovasi, untuk turut serta dalam pembangunan bangsa. Dan bukan hanya sekedar sebuah kompetisi tetapi bisa menjadi wadah dalam pembentukan wirausaha muda. Semoga prestasi mahasiswa, dosen dan kampusa dapat menjadi daya ungkit dalam meningkatkan mutu dan daya saing perguruan tinggi keagamaan Hindu,” pungkasnya.


Berita Pusat LAINNYA