Parisadha Harus Menjadi Nahkoda dan Membimbing Umatnya

Dirjen Bimas Hindu Prof. I Ketut Widnya, Ph.D. mengatakan, pengurus Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) ke depan harus mampu menjadi nahkoda dan menuntun umatnya untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama Hindu dalam hidup sehari-hari. Dirjen mengatakan hal itu ketika Talk Show yang diselenggarakan oleh majalah Wartam di Gedung Tiga Denpasar Bali tanggal 9 Oktober 2016. Talk Show dipandu Prof. Ida Bagus Raka Suardana dan mengusung mencari manggalaning manggala.

Sebelumnya, Dirjen Bimas Hindu membuka pameran Lukisan tentang Rerajahan karya mangku Alit Bangah Dosen di UNHI Denpasar yang merupakan rangkaian dari kegiatan talk show tersebut. Ada perumpamaan dalam agama Hindu yang menyamakan Catur Purusartha, yaitu dharma, artha, kama dan moksa, dengan pemimpin sebagai nahkoda yang mengendalikan kapal dharma. Kapal dharma akan mencapai tujuannya ke pantai harapan moksa, apabila memimpinnya mampu mengendalikan arus dan gelombang air (artha) serta mampu mengendalikan angin (kama).

Tugas dan kewajiban suci pemimpin adalah melenyapkan penderitaan dunia, dalam arti mensejahterakan rakyatnya dan membangun peradaban rohani. Seorang brahmana mencapai moksa karena praktek spiritual, seorang Waisya karena membangun ekonomi, seorang Sudra karena dia melayani, dan seorang ksatriya mencapai pembebasan karena dia mensejahterakan rakyatnya kata Ketut Widnya. Ketut Widnya mengatakan, tantangan terbesar umat Hindu adalah bagaimana meningkatkan pemahaman umat Hindu terhadap ajaran-ajaran agama Hindu. Karena itu, pengurus parisadha ke depan harus memahami substansi ajaran agama Hindu. Semua pengurus parisadha harus memahami ajaran agama Hindu.

Tidak cukup yang hanya membidangi agama saja yang memahami ajaran agama. Sebab, dalam kenyataannya, semua pengurus diberi kesempatan yang sama untuk membimbing umatnya, kata Widnya, sambil menambahkan bahwa ke depan Parissdaha perlu membentuk badan usaha sendiri untuk membiayai program-program pembinaan.

Jangan bergantung kepada bantuan pemeritah, karena bantuan pemerintah jumlahnya terbatas dan tentu tidak memadai untuk membiayai semua kegiatan umat kata Widnya menandaskan. Selain Dirjen I Ketut Widnya, talk show juga menghadirkan panelis lain yaitu Ida Pandita Acaryananda, dosen IHDN Denpasar. Ida Pandita mengatakan, pemimpin tidak lahir dari ruang hampa. Dia harus mempunyai bibit, bebet dan bobot. Meski bibitnya baik tapi kalau dia tidak tumbuh dalam lingkungan yang kondusif, maka bakatnya sebagai pemimpin tidak akan maksimal.

Opini LAINNYA