Penyanjung Diri

Om Swastyastu

Gua peteng tang mada moha kasmala.

Maladi yolania mageng maha wisa.

Wisata sang wruh rikanang jurangkali

Kalinganing sastra suluh nika praba. (Kekawin Ramayana Sargah 3)

Terjemahan:

Kemabukan (mada), kesombongan (moha) dan perbuatan hina (kasmala) seperti gua yang gelap atau ular besar yang berbisa (berbahaya), karena itu bagi orang bijaksana dapat menyadari itu sebagai jurang yang terjal dan hendaknya ilmu pengetahuan suci (sastra) patut dipakai sebagai obor penerangan yang benderang.

Dari petikan Kakawin Ramayana di atas, menyatakan bahwa Kesombongan tersebut laksana ular besar berbisa dan sangat berahaya bagi kehidupan. Memang tidak dapat dipungkiri rasa kepemilikan sering menjadikan manusia menjadi sombong, seperti piteket tetua di Bali: Gede Gelar-Gede Gelur.

Namun demikian kita mesti menumbuhkan kesadaran bahwasanya: Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Tuhan, sehingga tak pantas bagi kita untuk memelihara kesombongan dan keangkuhan.

Karena, siapapun yang memancarkan kesombongan, dapat dipastikan kalau ia punya rasa kepemilikan dan kemelekatan yang kuat.

Atau sebaliknya, siapapun punya rasa kepemilikan dan kemelekatan yang kuat, kesombongan akan selalu menyertainya kemanapun ia pergi. Tiga serangkai ini bagaikan kembar-siam yang harus kita perhatikan.

#mutiaradharma: Penyanjungan diri cenderung mengantarkan kita~melewatkan kesempatan indah untuk memperbaiki & menyempurnakan diri.

Orang benar akan selalu introspeksi diri & rendah hati; Sedangkan yang merasa benar, ia tidak akan mau introspeksi karena sudah merasa benar & selalu tinggi hati.

Orang benar memiliki kelembutan hati & dapat menerima saran/kritikan dari siapa saja ~ sementara yang merasa benar, hatinya lebih keras dari batu & akan marah jika dikritik.

Orang benar; tidak akan berpikiran bahwa dia yang terbenar ~ namun yang merasa benar; di dalam pikirannya hanya dirinya saja yang terbenar.

Om Santih Santih Santih Om...


Dharma Wacana LAINNYA

Pengorbanan dalam Perspektif Hindu

Hindu, Pluralitas, dan Gotong Royong

Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Jaga Kerukunan

Keluarga Sukhinah

Wacika Parisudha: Membangun Hita melalui Kata

Esensi Kemanusiaan dalam Hindu

Toleransi Beragama

Cinta Kasih Menebarkan Kedamaian

Ajaran Hindu tentang Bijak Bermedia Sosial