Esensi Kemanusiaan dalam Agama Hindu

Pelita Dharma Esensi Kemanusiaan dalam Agama Hindu oleh  Ida Bagus Made Satya Wira Dananjaya
Lokasi Pura Luhur Batukau Tabanan

Umat Sedharma, Saya memulai uraian ini dengan memberikan perhatian pada Kutipan Sloka Manawa Dharmasastra Bab I. 96 yang memberikan cahaya penerang dalam mengungkap esensi kemanusiaan menurut Agama Hindu, sloka tersebut berbunyi: “diantara sesama Ciptaan Tuhan, yang berjiwalah yang lebih utama, diantara yang berjiwa yang hidup dengan pikiranlah yang lebih utama, diantara yang hidup dengan pikiran manusialah yang lebih utama, diantara manusia tak ada yang melebihi mereka yang berkualitas Brahmana”. Sloka Manawa Dharmasastra tersebut memberikan pemahaman dan refkelsi terkait hakekat kemanusiaan sebagai berikut. 
Pertama pemahaman bahwa manusia memiliki kesitimewaan berupa kemampuan dalam menggunakan pikirannya untuk mengembangkan peradaban yang lebih tinggi dari makhluk lainnya dalam agama Hindu, manusia memiliki Sabda, Bayu dan Idep sedangkan makhluk selain menausia hanya memiliki Sabda dan Bayu. Melalui idepnya,sabda dan bayu bertranformasi, Sabda artinya bunyi atau suara, dari suara jadilah tanda, dari tanda jadilah simbol, bayu adalah energi, dari energi jadilah dia kerja, dari kerja jadilah karya.
Pentingnya kegunaan pikiran yang mengikuti nalariah ini telah banyak dibahas diberbagai penelitian dan diterbitkan dalam buku-buku populer semisal Buku “Sapiens” karya Yuval Noah Harari. Bahwa manusia mampu merekam ragam implus dari luar dirinya, kemudian menyimpan dan mengolahnya, serta mencoba untuk merekayasa dan memecahkan masalah. 
Hasil dari pemecahan masalah ini kemudian dijadikan pedoman hidup. Tidak berhenti disana jawaban yang telah diperoleh diturunkan ke generasi berikutnya, yang mana generasi baru tersebut menggunakan daya kreativitas atas jawaban masalah leluhurnya. Inilah keistimewaan manusia selalu menemukan jawaban baru atas masalah klasik sehingga peradaban terus berlanjut, berkembang, bergerak ke arah beradab. Kongkritnya, manusia mulai memecahkan masalah purba dalam hidupnya merekanya dalam bentuk lukisan, gambar, peninggalan arkeologi meningkat menjadi Bahasa, tulisan dan akhirnya sastra, kemudian mendelegasikan kepada generasi berikutnya, dimana generasi baru ini menjadikan jawaban pendahulunya sebagai acuan dalam memproduksi jawaban yang lebih baru dan kreatif. Inilah yang dimaksud “idep-nya manusia menggerakkan manusia ke arah kehidupan yang lebih beradab”.