Nilai Rela Berkorban Semangat Kepahlawanan Sebagai Implementasi Ajaran Karma Yoga

Pelita Dharma Moderasi Beragama Dalam Ajaran Agama Hindu Oleh Desak Made Alit Armini,SPd.H
Lokasi Pura Penataran Agung Puncak Gunung Kembar Kenusut Karangasem

Pelita Dhrama Nilai Rela berkorban yang tulus iklas pada semangat Kepahlawanan sebagai implementasi ajaran Karma Yoga oleh Yuli Purnomo
Lokasi Pura Pitamaha Klaten

Sebagai umat sedarma kita diajarkan untuk senantiasa memiliki rasa cinta tanah air seperti halnya yang tertuang dalam ajaran catur guru di mana salah satu guru yang harus kita ikuti dan pedomani adalah pemerintah atau guru Wisesa yang memiliki arti bahwa kita umat
Hindu harus senantiasa tunduk dan patuh pada aturan dan ketetapan yang telah dibuat oleh pemerintah. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa kita umat Hindu harus senantiasa menjunjung tinggi semangat untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara yang kita cintai ini.
Semangat rela berkorban yang tulus iklas dan tanpa pamrih adalah salah satu semangat kepahlawanan yang perlu kita tekanan dalam diri kita untuk diteladani dari para pahlawan pejuang pendiri bangsa. Semangat tersebut hendaknya juga senantiasa kita kembangkan dalam diri kita dalam upaya menjaga semangat kepahlawanan seperti yang dicontohkan oleh para pendahulu kita. Semangat rela berkorban yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih ini haruslah melandasi setiap tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang tertuang dalam ajaran Catur Marga Yoga yaitu Empat jalan menuju TuhanYang Maha Esa
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Empat Jalan tersebut adalah Bakti Marga, Raja Marga, Jnana Marga dan Karma Marga. Semangat rela berkorban yang tulus iklas dan tanpa pamrih terdapat dalam ajaran Karma Marga Yoga,dimana setiap tidakan yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan tulus iklas dan tanpa pamrih dalam pengertian lain tidak terikat
oleh hasil. Semangat tulus iklas dan tanpa pamrih juga dapat kita temukan dalam sabda suci Tuhan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam Kitab Suci Bhagawad Gita Adyaya III Sloka 9 yang berbunyi :
yas tv indriyāṇi manasā
niyamyārabhate ‘rjuna
karmendriyaiḥ karma-yogam
asaktaḥ sa viśiṣyate
Terjemahan :
Wahai Arjuna, Orang yang dengan pikiran terpusat mengendalikan indria-indrianya dan tampa keterikatan pada hasil melaksanakan perbuatan-perbuatan suci dalam Karma Yoga, orang yang demikian sesungguhnya jauh lebih maju. Sloka diatas menjelaskan bahwa kedudukan orang yang memiliki jiwa yang tulus iklas dan tanpa pamrih dipandang jauh lebih baik daripada orang palsu yang berpura-pura yang mulai mengikuti kerohanian sebagai tontonan untuk menipu orang yang tidak tahu apa-apa. Tukang
sapu yang tulus ikhlas di jalanan jauh lebih baik daripada ahli semadi gadungan yang hanya bersemadi untuk mencari nafkah. Sehingga kita didorong untuk mengupayakan memiliki sifat tersebut. Pada masa sekarang banyak contoh seorang rohaniwan palsu yang mempergunakan
agama demi mendapatkan kepuasan indria yang sesungguhnya hal demikian sangatlah berdosa, jauh lebih baik seseorang tetap melakukan tugas sendiri dan melaksanakan tugas hidupnya yang dilaksnakan dengan penuh keiklasan dan tanpa pamrih, maka ia mencapai
pembebasan dari ikatan material dan dapat mencapai Tuhan. Svarthagati utama, atau sasaran kepentingan diri, ialah mencapai Tuhan. Seluruh lembaga varna dan asrama disusun untuk membantu kita dalam usaha mencapai tujuan hidup tersebut. Orang yang berumah tanggajuga dapat mencapai tujuan tersebut dengan mengabdikan diri secara teratur dalam kesadaran kpada Tuhan. Demi keinsafan diri, seseorang dapat hidup dengan mengendalikan diri, sebagaimana diajarkan dalam śastra-śastra, dan terus melaksanakan tugasnya tanpa ikatan