Jadilah Pengelola Rumah Ibadah Hindu yang Moderat dan Modern

Kuta - Ditjen Bimas Hindu menyelenggarakan kegiatan Penguatan Moderasi Beragama Bagi Pengelola Rumah Ibadah se-Indonesia yang pertama kali bertempat di Bali pada tanggal 24 s.d 26 Mei 2023.

Mengapa rumah ibadah menjadi sasaran? dan mengapa moderasi beragamana menjadi penting? Menurut Dirjen Bimas Hindu, hal ini berkaitan dengan tata cara yang berbeda dalam pelaksanaan ibadah kerap menjadi pemicu kemunculan konflik sehingga perlu diberikan pemahaman substansial terkait pelaksanaan tata cara ibadah sesuai dengan kebudayaan masing-masing yang berkembang dari setiap provinsi.

Dr. (H.C) K.H. Lukman Hakim Saifuddin salah satu narasumber yang hadir menyampaikan di tengah keragaman tafsir agama dan aliran paham beribadat, juga perbedaan aspirasi politik praktis masyarakat, rumah ibadah haruslah berfungsi sebagai wadah perekat yang mengayomi kemajemukan umat.

"Saya semakin optimis dengan masa depan kehidupan keberagamaan bangsa kita yang beraneka. Kita punya modal sosial yang besar berupa tenggang rasa dalam menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain" terangnya.

Senada dengan Lukman Hakim Saifuddin, I Nengah Duija menyampaikan"Agama lahir di ruang budaya yang melekat dengan kebudayaan setempat. Jangan sampai perbedaan pelaksanaan ibadah karena adaptasi budaya dengan kearifan lokal dipermasalahkan dan diperdebatkan".

Jangan paksakan perbedaan tata cara pelaksanaan ibadah kita kepada umat dari provinsi lain karena pasti ada perbedaan. Bagaimana kita bisa memahami perbedaan tersebut jika pemahaman substansial kita terbatas? Disinilah cikal bakal moderasi beragama hadir untuk memberikan solusi dan mengakomodir perbedaan tersebut yang dapat meminimalisir akan terjadinya konflik internal dan eksternal dalam beragama.

Konflik internal dan eksternal agama merupakan bagian dari dinamika dalam beragama yang tidak luput dari perkembangan dan kemajuan kebudayaan suatu daerah. Komunikasi adalah kunci untuk tetap bisa menjaga toleransi dan hubungan harmonis intra dan antar umat beragama.

"Kita mulai dari internal pengelola rumah ibadah umat Hindu yang moderat dalam menerima perbedaan tata cara ibadah sesuai dengan kebudayaan setempat dan kearifan lokal yang berlaku serta modern yang mampu mengikuti dinamika perubahan dengan pemahaman substansial dalam beragama yang mumpuni" tambah Duija.

Orang dengan pemahaman agama yang kuat pasti akan lebih toleran karena semakin kaya ilmu agama dan literasi yang dimiliki, semakin paham bahwa tujuan semua agama adalah kebaikan dan cinta kasih.

"Mari kita jadikan rumah ibadah sebagai tempat yang nyaman dan aman bagi pemeluknya dalam melaksanakan ibadah, tidak ada kekerasan apapun yang terjadi di tempat ibadah serta jangan jadikan rumah ibadah sebagai tempat berpolitik" tutup Duija.

Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama Bagi Pengelola Rumah Ibadah ini diikuti oleh 40 peserta perwakilan pengelola rumah ibadah se-Indonesia yang dibina langsung oleh Pokja Moderasi Beragama seperti Prof. Dr. H. Achmad Gunaryo, M.Soc.Sc, Marzuki Wahid, Prima Dewi dan Ni Wayan Pujiastuti.


Berita Pusat LAINNYA